Makalah Pengantar Psikologi
"EMOSI"
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
T.A 2014/2015
EMOSI
Emosi adalah keadaan dan reaksi psikologis
dan fisiologis seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan, keberanian
yang bersifat subjektif. Pada tahun 1899, Charles Darwin dengan penelitiannya tentang
emosi manusia. Menjadikan objeknya berupa rasa takut dan emosi yang memperhatikan
fungsi dari emosi terhadap hewan dan manusia. Salah satu pandangannya yang luas
adalah tentang emosi yang berevolusi dari waktu ke waktu melalui seleksi
alam. (Cacioppo & others, 1999)
menurut pandangan ini 2 golongan umum tentang emosi adalah kelangsungan
hidup dengan adaptasi dan seleksi alam.
(Cacioppo & others, 1999) ) binatang termasuk juga manusia yang bereaksi terhadap
rangsangannya yang berbahaya (seperti ular berbisa) dengan mengalami emosi
akan mencegah rangsangan yang berbahaya dan untuk bertahan hidup. Begitu pula,
hewan yang bereaksi terhadap stimulasi yang bermanfaat (seperti teman-teman dan
makanan) bersama emosi positif yang ada pada diri mereka dan akan lebih mungkin
untuk dapat bertahan hidup dan bereproduksi (Damasio, 2001). Jadi, emosi
negatif dan emosi positif adalah kunci kita bertahan hidup .
1. Emosi manusia dibedakan dalam dua bagian:
·
Emosi
positif (emosi yang menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan
positif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah cinta, sayang, senang,
gembira, kagum, dan sebagainya.
·
Emosi
negatif (emosi yang tidak menyenangkan), yaitu emosi yang menimbulkan perasaan
negatif pada orang yang mengalaminya, diantaranya adalah sedih, marah, benci,
takut dan sebagainya.
2. Kemarahan
dan ketakutan identik berhubungan dengan emosinal. Ada
banyak alasan untuk percaya bahwa ketakutan dan kemarahan terdapat dalam banyak
variasi dari emosi yang sama. Ide ini berawal pada ‘flight or fight’ sindrom
dijelaskan dalam Williams james, buku teks psikologi pertama di terbitkan pada
tahun 1980. Emosi negative yang intens mempersiapkan individu untuk lari dari
ketakutan atau melawan dalam kemarahan.
Dua emosi pada dasarnya identik di tingkat psikologi, tetapi banyak faktor
menentukan apakah emosi akan mengalami ketakutan atau kemarahan.
3. Hubungan cinta dengan emosinal, banyak ahli menganggap cinta
berbeda dengan emosi lainnya. Memang, pengalaman cinta yang romantis sering
melibatkan banyak emosi yang seluruh pada peta emosional.
3 teori emosi
penjelasan psikologis emosi membedakan
unsure-unsur dasar yang sama dari pengalaman emosi:
(a) adanya situasi stimulus yang menimbulkan
reaksi.
(b) adanya pengalaman sadar atau“emosi” yang
kita rasakan.
(c) adanya perubahan yang terjad diotak,
system saraf otonom dan kelenjar endoktrin yang menciptakan gairah fisiologis
pada organ visceral.
(d) adanya kaitan perilaku yang pada umumnya
menyertai emosi
Contoh: pada
hewan yang takut, gemetar, kemudian lari.
3 teori
utama mengemukakan tentang penjelasan cara kerja emosi
James-LangeTheory
umumnya melihat emosi sebagai stimulus seperti melihat seorang perampok yang membuat
kita sadar, merasa takut dan sadar akan ketakutan. Bagaimanapun, William James
(1890) menyarankan bahwa unsur-unsur
emosi terjadi dalam urutan yang berlawanan . Ia percaya bahwa stimulus
emosional yang diarahkan (oleh pusat relay sensorik dikenal sebagai thalamus) langsung
ke system limbic , yang beroperasi melalui hipotalamus dan pembagian simpatik
dari sistem saraf otonom untuk mengaktifkan bagian-bagian tubuh untuk mengatasi
kondisi darurat (ketegangan otot, berkeringat, peningkatan denyut jantung dan
pernapasan dan sebagainya) . Sensasi dari gairah tubuh tersebut kemudian
dikirim kembali ke korteks dan menghasilkan perasaan sadar akan emosi kita.
Menurut James, “Kita merasa menyesal karena kita menangis, marah karena kita
emosi, takut karena kita gemetar.” Beberapa tahun kemudian , ahli fisiologi
Denmark Carl Lange (1922) dengan pendiriannya mengusulkan teori yang sama,
sehingga dikenal sampai hari ini sebagai James-Lange Theory of Emotion .
Saat ini terdapat bukti substansial
bahwa reaksi yang diaktifkan difusi oleh sistem saraf otonom memainkan peran
kunci mengenai pengalaman sadar akan emosi. Menariknya, bagian yang sangat
penting dari umpan balik sensoris ini berasal dari otot wajah (Izard, 1972,
1991, 1997). Faktanya, Dari 44 otot diwajah, 40 diantaranya berfungsi
semata-mata untuk ekspresi emosional dan4 lainnya untuk memuka mulut berbicara
dan mengunyah. Dalam studi klasik,
individu yang diberikan kejutan listrik melaporkan lebih sedikit merasakan
sakit ketika mereka diberitahukan untuk tidak membuat reaksi wajah shock
daripada ketika mereka menunjukkan emosi diwajah mereka secara spontan.
TEORI CANNON BARD
Teori cannon bard. Universitas biologi walter cannon Harvard 1927.
Membuktikan teori emosi alternative yang sangat berbeda dari teori emosi
James-Lange. Baru-baru ini teorinya diperbaruhi oleh phillip Bard (1934) yang dikenal sebagai teori emosi
Cannon Bard. Menurut teori Cannon Bard. Informasi dari stimulus yang memperoleh
emosi langsung disalurkan ke thalamus dari sana
informasi secara serentak disampaikan ke kedua korteks serebral yang memeroses
pengalaman emosional ke hipotalamus dan sistem syaraf otonom, yang dimana ia
menghasilan gairah psikologi yang memperpersiapkan hewan untuk bertarung,
melarikan diri atau bereaksi dengan cara-cara lainnya. Menurut cannon dan bard,
pengalaman emosional dan gairah psikologi pada tubuh terhadap dua simultan tapi
tidak saling bergantungan terhadap suatu peristiwa.
TEORI KOGNITIF
Teori ini menyatakan bahwa interpretasi
dari kejadian-kejadian di dunia luar serta stimulus dari dalam diri merupakan
faktor kunci dari emosi(stres).
Teori ini berkaitan erat dengan teori Magda Arnold(1962), Albert Ellis(1962), Stanley Schachter dan Jerome Singer(1962). Berdasarkan beberapa teoritis diatas, proses interpretasi kognitif terbagi kedalam dua langkah:
1. Interpretasi stimulus dari lingkungan
2. Interpretasi stimulus dari tubuh
Step 1: interpretasi masuknya stimulus
Stress merupakan bagian dari berbagai peristiwa positif. Tetapi stress dialami secara umum merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan. Perlu ditekankan bahwa faktor psikologis akan mempengaruhi biologis seseorang. Apa yang mempengaruhi pikiran juga akan mempengaruhi tubuh (McEwen, 1998 dalam Lahey,2009)
Akan tetapi reaksi setiap orang terhadap stress akan sangat berbeda, yaitu :
Teori ini berkaitan erat dengan teori Magda Arnold(1962), Albert Ellis(1962), Stanley Schachter dan Jerome Singer(1962). Berdasarkan beberapa teoritis diatas, proses interpretasi kognitif terbagi kedalam dua langkah:
1. Interpretasi stimulus dari lingkungan
2. Interpretasi stimulus dari tubuh
Step 1: interpretasi masuknya stimulus
Stress merupakan bagian dari berbagai peristiwa positif. Tetapi stress dialami secara umum merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan. Perlu ditekankan bahwa faktor psikologis akan mempengaruhi biologis seseorang. Apa yang mempengaruhi pikiran juga akan mempengaruhi tubuh (McEwen, 1998 dalam Lahey,2009)
Akan tetapi reaksi setiap orang terhadap stress akan sangat berbeda, yaitu :
Ada orang yang dalam menghadapi stress juga
akan disertai masalah fisik serius. Ada juga yang menghadapi stress seperti
sama sekali tidak sedang mengalami apa-apa dan bahkan mungkin merasa peristiwa
itu sebagai sesuatu yang menantang dan menarik (Atkinson dkk,2010).
Stress adalah berbagai peristiwa atau keadaan yang menegangkan atau melebihi kemampuan individu untuk dihadapi/diatasi.
Stress adalah berbagai peristiwa atau keadaan yang menegangkan atau melebihi kemampuan individu untuk dihadapi/diatasi.
Bukti yang mendukung aspek dari teori
kognitif telah dibuktikan oleh eksperimen dimana 4 grup mahasiswa
dipertontonkan kepada sebuah film tentang operasi sunat tanpa bius yang
dilakukan oleh suku Aborigin sebagai bagian dari pubertas (Speisman &
others, 1964). Grup pertama menonton film tersebut tanpa soundtrack. Grup kedua
mendengar soundtrack yang menekankan pada rasa sakit yang dialami anak
laki-laki.Grup ketiga mendengar soundtrack yang menjelaskan tentang operasi
diluar jalur yang intelektual.Grup keempat mendengar soundtrack yang tidak
mementingkan operasi yang menyakitkan dengan cara membicarakn tentang hal yang
tidak relevan.
Meskipun semua siswa menonton film yang sama,
soundtracklah yang mempengaruhi interpretasi kognitif dari apa yang mereka
lihat. Grup yang mendengar soundtrack yang menekankan pada rasa sakitnya
operasi menunjukkan Gairah yang lebih besar daripada grup yang tidak mendengar
soundtrack sama sekali. Soundtrack yang menekankan pada rasa sakit lebih
menunjukkan interpretasi sebagai film yang menjengkelkan. Grup yang mendengar
soundtrack yang tidak menekankan pada emosi alamiah dari kejadian tersebut,
baik dengan cara mengintelektualkan ataupun tidak mementingkannya menunukkan
gairah yang lebih sedikit. Tampaknya, interpretasi kognitif (didorong oleh
soundtrack) mengubah arti emosional dari film secara luas.
DAFTAR PUSTAKA
Lahey, B. Benjamin; 2012; Psychology An Introduction; New York; McGraw-Hill
No comments:
Post a Comment